Kingdon181 Cyber Area
Jumat, 28 Desember 2012
MAZHAB NAN EMPAT
Oleh:
DM. Sutan Zainuddin
Pada
masa Nabi Muhammad Salallahu ’Alaihi Wassalam masih hidup segala sesuatu beliau
pimpin sendiri. Berbagai peristiwa yang terjadi langsung mendapat keputusan
Rasulullah. Sahabat-sahabat senantiasa mendapatkan petunjuk dari Rasulullah.
Beliau juga selalu mengajarkan sahabat-sahabat semua ayat-ayat Al-Qur’an yang
diturunkan Allah kepadanya. Tidak hanya sekadar mengajarkan, Rasulullah juga
menyuruh para sahabat untuk menghafal dan menuliskan wahyu Allah tersebut.
Dalam
memberikan keputusan terhadap suatu peristiwa yang dikemukakan kepada beliau,
Rasulullah terkadang juga termenung dan tidak serta merta menjawab.
Termenungnya Rasulullah pada hakikatnya adalah untuk menunggu wahyu Allah dan
begitu mendapatkan wahyu beliau akan memberikan keputusan dan kepastian tentang
persoalan yang dihadapkan kepada beliau tersebut. Wahyu yang diterima
Rasulullah sering berisi jawaban atas pertanyaan atau peristiwa nan terjadi,
serta membawa hukum-hukum yang lain.
Sabtu, 25 Agustus 2012
PERMAINAN TRADISIONAL NAN MAKIN LANGKA
.
Sebuah mobil pick-up melaju dengan kecepatan sedang. Di bak terbuka mobil duduk beberapa orang dengan sikap siaga. Setiap mereka memegang senjata terkokang yang pelurunya siap dimuntahkan kepada siapa saja yang mereka inginkan. Mereka tidak peduli yang menjadi sasaran peluru mereka itu juga memegang senjata atau tidak. Mereka terlihat merasa gagah dengan senjata itu. Mereka juga bahagia setelah melepaskan tembakan, buktinya mereka tertawa-tawa usai menembak.
Sementara itu, di sudut-sudut rumah pemukiman rakyat juga bersiaga beberapa orang. Mereka juga bersenjata. Mereka mengintai kendaraan yang membawa rombongan bersenjata tadi. Begitu kendaraan itu lewat, maka.. dor.. dor.. mereka mulai menembak lalu lari bersembunyi di balik bangunan dan batang pohon terdekat guna menghindari peluru lawan sambil mengokang senjata. Tembak menembak pun terjadi dengan sengit. Rata-rata mereka memegang senjata jenis shotgun yang tiap kali usai menembak harus dikokang dulu sebelum memuntahkan pelurunya lagi. Lainnya, menggunakan senjata jenis pistol. Usai kendaraan yang menjadi sasaran tembak telah lewat mereka kembali bersiaga untuk melakukan serangan terhadap kendaraan berikutnya.
Oleh: Dila Afriani, S.Pd
Sebuah mobil pick-up melaju dengan kecepatan sedang. Di bak terbuka mobil duduk beberapa orang dengan sikap siaga. Setiap mereka memegang senjata terkokang yang pelurunya siap dimuntahkan kepada siapa saja yang mereka inginkan. Mereka tidak peduli yang menjadi sasaran peluru mereka itu juga memegang senjata atau tidak. Mereka terlihat merasa gagah dengan senjata itu. Mereka juga bahagia setelah melepaskan tembakan, buktinya mereka tertawa-tawa usai menembak.
Sementara itu, di sudut-sudut rumah pemukiman rakyat juga bersiaga beberapa orang. Mereka juga bersenjata. Mereka mengintai kendaraan yang membawa rombongan bersenjata tadi. Begitu kendaraan itu lewat, maka.. dor.. dor.. mereka mulai menembak lalu lari bersembunyi di balik bangunan dan batang pohon terdekat guna menghindari peluru lawan sambil mengokang senjata. Tembak menembak pun terjadi dengan sengit. Rata-rata mereka memegang senjata jenis shotgun yang tiap kali usai menembak harus dikokang dulu sebelum memuntahkan pelurunya lagi. Lainnya, menggunakan senjata jenis pistol. Usai kendaraan yang menjadi sasaran tembak telah lewat mereka kembali bersiaga untuk melakukan serangan terhadap kendaraan berikutnya.
Jumat, 10 Agustus 2012
SEKILAS TENTANG KANTOR ARSIP, PERPUSTAKAAN DAN DOKUMENTASI KOTA PADANG
Oleh: DM Sutan Zainuddin, S.S
Peta Padang Tempo Dulu |
Organisasi kearsipan di
Indonesia secara resmi dimulai pada tahun 1892, ketika pemerintah Hindia
Belanda mendirikan kantor Landsarchief atau tempat penampungan arsip
pemerintah Hindia Belanda maupun arsip pemerintah VOC pada tanggal 28 Januari 1892.
Perkembangan Landsarchief sejak 1892 sampai tahun 1945 yaitu ketika runtuhnya
Hindia Belanda, merupakan suatu masa yang amat menarik, karena dimasa inilah
diletakkan dasar kearsipan di Hindia Belanda sebagai alat administratif dan
sumber ilmu pengetahuan.
Pada zaman kolonial
Belanda, walaupun telah terbentuk lembaga kearsipan, tetapi pengelolaannya
lebih banyak ditujukan bagi kepentingan Belanda. Bangsa pribumi yang
membantu di kotapraja sama sekali tidak diberikan ilmu tentang cara penanganan
arsip, apalagi mengenai informasi yang
terkandung dalam arsip tersebut. Bahkan setelah Belanda terusir, banyak arsip
kita yang dibawa ke negara Belanda.
Sementara itu, berbeda
dengan zaman pendudukan Belanda, zaman pendudukan Jepang merupakan zaman
yang sepi dalam dunia kearsipan.
Akibatnya, para sejarahwan mengalami kesulitan melakukan penulisan sejarah
tentang masa pendudukan Jepang karena tidak tersedianya arsip yang berkaitan
dengan zaman Jepang.
Senin, 16 Juli 2012
KEUTAMAAN ORANG BERPUASA
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat pintu yang bernama Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk lewat pintu itu pada hari kiamat. Tidak ada orang selain mereka yang masuk bersama mereka. Ditanyakan: Di mana orang-orang yang puasa? Kemudian mereka (orang-orang yang puasa) masuk lewat pintu tersebut dan ketika orang yang terakhir dari mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup kembali dan tidak ada orang yang akan masuk lewat pintu itu. (Shahih Muslim No.1947)
Jumat, 13 Juli 2012
PENDIDIKAN DAN CERMINAN PEMIMPIN MASA DEPAN
Oleh: Dila Afriani, S.Pd
Pada Perang
Dunia II, setelah kota Nagasaki dan Hiroshima hancur lebur oleh bom atom sekutu
maka Jepang pun dipaksa mengaku kalah. Akibatnya, Negara Jepang sangat terpukul
dan terpuruk. Hanya saja keterpurukan Jepang tidak berlangsung lama karena Kaisar
Jepang bergerak cepat dengan tekad untuk bangkit dan kembali membangun Jepang.
Dalam upaya bangkit, ternyata yang menjadi perhatian serius Sang Kaisar
bukanlah berapa jumlah prajurit yang selamat perang. Bukan pula tentang berapa
orang tokoh-tokoh penting dan orang-orang kaya yang masih tersisa, melainkan
berapa jumlah guru yang masih hidup. Pada masa bangkit dari keterpurukan itu, peran
guru ternyata sangat penting bagi Negara Jepang dan pada akhirnya keberadaan
guru memang menjadi kunci sukses kebangkitan Negara Jepang.
Apa yang
dilakukan Kaisar Jepang pasca kekalahan pada Perang Dunia II memang sangat
beralasan. Kondisi Jepang yang telah kalah perang tentu tidak akan mampu
bangkit jika hanya mengandalkan kekuatan pasukan yang masih tersisa.
Perekonomian yang terpuruk juga tidak akan bisa kembali stabil jika semata-mata
mengandalkan orang-orang kaya dan tokoh-tokoh penting. Jepang hanya bisa
bangkit oleh para guru karena merekalah yang mampu mencerdaskan anak-anak
Jepang untuk mengubah nasib bangsanya. Keberadaan guru akan mampu melahirkan kembali
pasukan-pasukan hebat, pengusaha-pengusaha sukses, dan tokoh-tokoh penting yang
akan menjadi pemimpin Jepang masa depan. Serta yang utama, para guru tentu akan
melahirkan guru-guru muda sebagai pewaris tugas dan peran guru-guru tua untuk
membentuk generasi tangguh berikutnya. Kepercayaan Kaisar Jepang terhadap guru
terbukti dengan bangkit dan suksesnya Jepang menjadi negara kecil yang maju
hingga sekarang.
Jumat, 15 Juni 2012
KISAH JILBAB HATI
Aisyah Zhafira Zainairfa |
Oleh: Dila Afriani, S.Pd
Ada seorang perempuan yang dikenal taat
beribadah. Ia kadang menjalankan ibadah sunnah. Hanya satu kekurangannya. Ia
tak mau berjilbab. Menutup auratnya. Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum dan
menjawab, “Insyaallah. Yang penting hati dulu yang berjilbab.” Sudah banyak
orang yang menanyakannya maupun menasehatinya. Tapi jawabannya tetap sama.
Hingga di suatu malam…
Label:
Renungan
Dangau-dangau Puisi
Lake Maninjau, Tanjung Raya, Indonesia
Rabu, 13 Juni 2012
Perjuangan Si Miskin Menggapai Ilmu
Pendidikan adalah hak semua anak bangsa karena mencerdaskan kehidupan
bangsa adalah salah satu amanat yang
tercantum dalam batang tubuh UUD 1945. Untuk memberikan hak anak bangsa itu
pemerintah telah berupaya menetapkan berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan
tersebut mengalami perubahan silih berganti mengiringi silih bergantinya
pejabat yang mengurusi bidang pendidikan. Hasilnya, saat ini telah ada wajib
belajar bagi anak bangsa tetapi hanya sampai jenjang sekolah menengah atas.
Membaca Singgalang Jumat,
(8/6/2012) dengan judul Gemi berangkat ke USU, Erni ke UI yang mengabarkan
tentang perjuangan anak bangsa dari keluarga kurang mampu untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang perguruan tinggi membuat saya merinding. Kenapa tidak,
begitu nyatanya ketimpangan perjuangan memperoleh pendidikan antara si miskin
dengan si kaya.
Label:
Celoteh Usil
Dangau-dangau Puisi
Padang, Indonesia
Minggu, 03 Juni 2012
Maaf… Mak…!?
Cerpen DM. Thanthar
Nafas reformasi pun belum
mampu mengatasi kebobrokan negeri ini. Keangkuhan tembok-tembok sosial yang
memisahkan si kaya dengan si miskin makin mencakar langit. Akibatnya,
orang-orang makin mudahnya menjual moral mereka hanya untuk mencari kekayaan,
menumpuk-numpuk harta benda untuk suatu saat di pamerkan pada tamu-tamu yang
berkunjung ke rumahnya, walaupun tetangganya akan mati kelaparan.
Semakin hari, semakin banyak
makhluk yang disebut manusia itu terjerumus manjadi kaum pemuja harta, pemuja
dunia, dan menjadi budak dari apa yang mereka ciptakan sendiri. Mereka seakan
lupa akan kodratnya, lupa darimana mereka berasal dan kemana mereka akan
kembali setelah masa hidupnya yang singkat berakhir. Agaknya, bagi mereka,
setelah mati habislah perkara.
Aku tidak sepaham dengan
mereka. Bagiku, persoalan hidup tidaklah semudah itu. Lingkaran hidup makhluk
memang sederhana. Lahir, tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan
kemudian mati. Kira-kira seperti itulah lingkaran kehidupan yang utuh. Kalaupun
lingkaran kehidupan itu tidak utuh, maka tetap kematian yang menjadi muaranya.
Sabtu, 02 Juni 2012
Cinta Itu Seperti Menunggu Bis Saja
Saat berkunjung ke ANRI, April 2012 |
Oleh: DM. Sutan Zainuddin, S.S
Dulu, sekitar empat tahun yang lalu, ketika saya membuka email, saya meihat satu pesan dari seorang sahabat. Email tersebut sepertinya diforward kepada saya, subyeknya sesuai dengan judul tulisan ini yakni Cinta Itu Seperti Menunggu Bis Saja. Awalnya, kehadiran email tersebut saya abaikan saja karena saat itu saya sedang tidak ingin membaca sesuatu tulisan yang berkaitan dengan kata-kata cinta. Jika meminjam istilah anak muda zaman sekarang, agaknya saat itu saya sedang galau sehingga hanya ingin melakukan sesuatu yang bersifat religius tanpa cinta.
Beberapa bulan setelah itu, tiba-tiba saya ingin sekali membuka email tersebut dan membacanya dengan tuntas. Usai membaca, ternyata tak cukup sekali, saya mengulang lagi membacanya sampai berkali-kali. Lantas, saya mencoba menyelami makna nan tersimpan dalam cerita itu. Ketika itu saya menyadari bahwa andai email itu saya baca pada saat saya galau dahulu tentu kegalauan saya akan segera bisa saya tepiskan. Emailnya hanya berisikan hal yang sederhana, namun bagi saya cukup bermakna. Makna itu makin terasa kembali ketika saya mulai memikirkan masa depan untuk membangun jamaah kecil dalam ikatan suci. Nah, pada kesempatan ini saya mempostingnya disini untuk anda. Tidak ada maksud apa-apa, hanya sekedar berbagi.
***
Minggu, 27 Mei 2012
LIMA PRASASTI DI MUSEUM BALAPUTERA DEWA PALEMBANG
DM. Sutan Zainuddin, S.S |
Oleh: DM. Sutan Zainuddin, S.S
Prasasti adalah sumber sejarah dari masa lampau yang ditulis pada batu, logam, gerabah, kayu, batubata, porselin, dan lontar. Prasasti disebut sebagai sumber sejarah karena tulisan pada prasasti biasanya memuat informasi tentang berbagai hal, diantaranya ancaman atau sumpah kutukan, ekspensi, dll. Selain itu informasi yang terkandung dalam prasasti merupakan salah satu sumber yang menggambarkan kondisi masyarakat atau kerajaan pada zamannya.
Indonesia memiliki banyak sekali prasasti. Hal itu tidaklah aneh karena Indonesia merupakan daerah kepulauan yang pada masa lampaunya terdiri dari banyak kerajaan-kerajaan besar dan kecil. Misalnya Kerajan Kutai di pulau Kalimantan, Majapahit di pulau Jawa, Sriwijaya di Sumatera, Ternate dan Tidore di Maluku, dan banyak lagi kerajaan-kerajaan lainnya. Namun demikian tidak semua prasasti dari kerajaan tersebut dapat ditemukan oleh para ahli arkeologi dan ahli historiologi. Kemungkinan secara sederhananya, mungkin tidak semua kerajaan yang pernah ada di Indonesia memiliki prasasti atau para arkeolog dan sejarahwan yang belum berhasil menemukan prasasti-prasasti tersebut. Lainnya, tentu saja kerajaan-kerajaan yang ada setelah manusia mengenal kertas sangat kecil kemungkinan membuat prasasti.
Sabtu, 19 Mei 2012
MALU JO SOPAN NAN DIGERUS ZAMAN
.
Oleh: DM. Sutan Zainuddin, S.S
Perlahan namun pasti rasa malu generasi muda di Ranah Minang terus digerus oleh zaman. Kondisi tersebut jelas menimbulkan rasa prihatin ditengah-tengah masyarakat. Hanya saja rasa prihatin masih terbatas semata-mata pada rasa prihatin saja. Padahal semestinya, hal yang menimbulkan rasa prihatin tersebut harus diminimalisir dengan tindakan. Tindakan perorangan jelas lemah dan tak akan mampu memberikan efek luas. Sementara tindakan kelompok akan berpotensi memunculkan konflik yang ujung-ujungnya kelompok pejuang kebenaran dikalahkan dengan tudingan melanggar Hak Asasi Manusia alias HAM. Bahkan kebijakan pemerintah dalam rangka menjaga eksistensi rasa malu pada generasi muda sekalipun masih bisa digugat dengan alasan melanggar HAM.
Beberapa hari nan lalu, ketika saya pulang kampung dan berkunjung ke rumah amak (ibu), saya bertemu dengan mamak (panggilan di Minangkabau kepada saudara laki-laki ibu). Ia bercerita tentang pengalamannya berkunjung ke Kota Padang. Awal ceritanya hanya komentar tentang perkembangan Kota Padang pasca genpa 30 September 2009. Kemudian berlanjut pada cerita tentang apa yang ia rasakan ketika berkunjung ke salah satu obyek wisata di Kota Padang yakni Pantai Padang.
Oleh: DM. Sutan Zainuddin, S.S
Perlahan namun pasti rasa malu generasi muda di Ranah Minang terus digerus oleh zaman. Kondisi tersebut jelas menimbulkan rasa prihatin ditengah-tengah masyarakat. Hanya saja rasa prihatin masih terbatas semata-mata pada rasa prihatin saja. Padahal semestinya, hal yang menimbulkan rasa prihatin tersebut harus diminimalisir dengan tindakan. Tindakan perorangan jelas lemah dan tak akan mampu memberikan efek luas. Sementara tindakan kelompok akan berpotensi memunculkan konflik yang ujung-ujungnya kelompok pejuang kebenaran dikalahkan dengan tudingan melanggar Hak Asasi Manusia alias HAM. Bahkan kebijakan pemerintah dalam rangka menjaga eksistensi rasa malu pada generasi muda sekalipun masih bisa digugat dengan alasan melanggar HAM.
Beberapa hari nan lalu, ketika saya pulang kampung dan berkunjung ke rumah amak (ibu), saya bertemu dengan mamak (panggilan di Minangkabau kepada saudara laki-laki ibu). Ia bercerita tentang pengalamannya berkunjung ke Kota Padang. Awal ceritanya hanya komentar tentang perkembangan Kota Padang pasca genpa 30 September 2009. Kemudian berlanjut pada cerita tentang apa yang ia rasakan ketika berkunjung ke salah satu obyek wisata di Kota Padang yakni Pantai Padang.
Rabu, 02 Mei 2012
JELAJAH RANAH MINANG BERSAMA GUWO WISATA
www.guwowisata.wordpress.com |
GuwoNews, Padang (02/05) - Ranah Minang merupakan julukan daerah yang saat ini masuk dalam cakupan Propinsi Sumatera Barat. Meski saat ini Minangkabau identik dengan Sumatera Barat, sesungguhnya wilayah Minangkabau jauh lebih luas dibanding wilayah Sumatera Barat sekarang.
Ranah Minang mayoritas dihuni oleh etnis Minangkabau atau lazim juga disebut "urang minang". Salah satu keunikan etnis Minangkabau dibanding etnis lain yang ada di Indonesia adalah pola kekerabatannya yang menganut sistem kekerabatan matrilinial yakni sistem kekerabatan yang garis keturunannya berdasarkan garis ibu. Hal tersebut menjadi semakin unik karena urang minang juga identik sebagai penganut Islam yang taat padahal Islam lebih cenderung kepada patrilinial atau keturunan berdasarkan garis ayah/bapak. Namun itulah Ranah Minang dengan ragam keunikan yang terkandung di dalamnya.
Keunikan Ranah Minang pun tak hanya sebatas budaya saja melainkan juga ada keunikan lainnya yang dikemas oleh CV. Guwo menjadi objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Objek wisata tersebut terdiri dari Objek Wisata Sejarah dan Budaya, Objek Wisata Alam, dan Objek Wisata Kuliner. Objek wisata sejarah akan membawa wisatawan ke daerah-daerah yang menjadi saksi bisu sejarah perrjalanan bangsa Indonesia, maupun daerah bersejarah dalam skala lokal. Mengunjungi objek wisata sejarah sesungguhnya sangat penting dilakukan karena ia merupakan rekaman memori kolektif bangsa secara nasional maupun secara kedaerahan/lokal. Objek wisata sejarah Ranah Minang tersebar di kabupaten dan kota yang ada di wilayah Sumatera Barat. (Bersambung...?)
Langganan:
Postingan (Atom)