Kingdon181 Cyber Area
Sabtu, 15 Maret 2014
MENGAJI; Di Waktu Luang atau di Waktu Nan Diluangkan
Oleh: DM. Sutan Zainuddin
Mengeja huruf demi huruf, ayat demi
ayat, juz demi juz dan tanpa terasa tibalah saatnya melantunkan doa khatamil
qur’an. Bangga, bahagia, bercampur dengan haru. Senyum mengembang bersama air
mata nan meleleh diluar ambang sadar. Padahal khatam tersebut mungkin saja bukanlah
khatam nan perdana melainkan khatam untuk kesekian kalinya. Khatam personal boleh
jadi telah berulang kali dicapai. Namun kali ini ada haru nan berbeda karena
khatam tidak berdasarkan egois diri tetapi didasari oleh kekuatan bersama dalam
metode One Day One Juz (odoj).
Komunitas One Day One Juz menyadari bahwa
kemungkaran nan teroganisir dengan baik bisa menumbangkan kebaikan nan tercerai
berai. Menyikapi kondisi tersebut, sekumpulan anak muda Indonesia berusaha
menghimpun kekuatan tilawah menjadi sebuah kekuatan besar nan terorganisir.
Akhirnya, secara perlahan Komunitas Odoj terus berkembang seiring dengan makin
banyaknya umat muslim nan bergabung untuk berpartisipasi dalam mewujudkan gerakan
one day one juz di tanah air nan tercinta ini.
Kekuatan tilawah memang sangat
potensial sebagai sebuah momentum perubahan di Indonesia. Apalagi selama ini
umat Islam di Indonesia telah mengenal budaya maghrib mengaji. Hanya saja, seiring perkembangan teknologi
informasi, budaya maghrib mengaji telah mulai pudar. Telah kalah pamor oleh
budaya maghrib menonton televisi. Budaya maghrib mengaji nan mulai pudar memang
harus dibangkitkan kembali. Bangkit bukan sekadar bangkit namun harus
disempurnakan dan diorganisir dengan baik.
Budaya maghrib mengaji selama ini lebih
kepada kebiasaan membaca Al-Qur’an usai melaksanakan sholat maghrib. Umumnya
kegiatan maghrib mengaji dilakukan secara perorangan tanpa ada target harian. Sembari
menunggu masuknya waktu isya seseorang mengisi waktu luang dengan mengaji.
Artinya, maghrib mengaji masih sebatas memanfaatkan waktu luang (sisa waktu), belum
benar-benar meluangkan waktu untuk mengaji.
Kebiasaan maghrib mengaji tersebut
menjadi pijakan Komunitas Odoj untuk melakukan perbaikan dalam mengorganisir
kegiatan mengaji di Indonesia. Kebiasaan mengaji hanya di waktu luang harus
diubah. Sudah saatnya umat Islam meluangkan waktu untuk mengaji bukan hanya
mengaji diwaktu luang saja. Untuk mewujudkan hal tersebut Komunitas Odoj
menyusun program one day one juz. Sistem tilawah Komunitas Odoj lebih
mengotimalkan waktu pada saat malam hari. Anggotanya meluangkan waktu usai
maghrib menjelang isya, usai isya menjelang tidur, setelah atau sebelum
qiyamullail, serta sebelum atau sesudah sholat fajar (subuh). Berdasarkan penerapan
sistem seperti itu, idealnya masing-masing grup odoj akan khatam Al-Qur’an setelah
subuh setiap harinya.
Melakukan sebuah perubahan jelas tidak
mudah, namun dengan niat ikhlas membumikan Al-Qur’an para anak muda penggagas odoj
terus bergerak. Tanggal 5 Maret 2014 Komunitas Odoj telah memiliki sekitar
84.180 member yang dikenal dengan sebutan odojers. Odojers tersebut tersebar di
seluruh Indonesia. Mereka terbagi dalam 2.806 grup yang terdiri dari 735 grup
laki-laki (ikhwan) dan 2071 grup perempuan (akhwat). Tiap-tiap grup
beranggotakan 30 odojers dan masing-masing odojers memiliki target khatam satu
juz setiap harinya.
Seiring perkembangan jumlah odojers, Komunitas
Odoj pun melakukan lounching diberbagai kota di Indonesia. Lounching bertujuan
untuk mempererat silaturahim. Odojers yang selama ini berkomunikasi dan
bersilaturahim hanya melalui dunia maya (online) melakukan pertemuan darat,
berkumpul untuk dapat lebih saling mengenal. Selain itu, Komunitas Odoj juga sedang
mempersiapkan Grand Lounching dengan empat agenda utama yakni: Pertama, Kegiatan Grand Lounching
Gerakan One Day One Juz; Kedua,
Silaturahim Akbar Odojers; Ketiga,
Pemecahan Rekor MURI Indonesia Mengaji; Keempat,
Deklarasi Indonesia Cinta Mengaji.
Al Qur’an adalah sumber pedoman hidup
seorang muslim. Tanpa membaca Al Qur’an mustahil seorang muslim menjadi sosok
nan berkepribadian sesuai dengan tuntunan dan aturan Islam. Al Qur’an juga akan
menjadi penolong bagi orang-orang yang membacanya.
“Bacalah Al Qur’an karena sesungguhnya
dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang
membacanya.” (HR. Muslim).
Begitu besar manfaat membaca Al Qur’an
sehingga tidak pantas rasanya seorang muslim hanya menggunakan sisa-sisa waktu
untuk mengaji. Jika untuk urusan duniawi kita bisa mengalokasikan waktu dari
pagi hingga sore maka untuk bertilawah pun kita harus bisa meluangkan waktu.
Demi membumikan Al Qur’an di tanah air tercinta ini kita mesti memulai. Jangan
tunggu hari esok jika kita bisa memulai saat ini.
Bacalah Al Qur’an setiap hari 1 juz.
Kalau tidak mampu, bacalah setengah juz. Kalau tidak mampu juga bacalah sekadar
sehelai atau satu muka surat. Jika masih tidak mampu maka berusahalah membaca
satu ayat. Jika tetap saja merasa tidak mampu, cukuplah hanya dengan memandang
Al Qur’an dan tanyalah kepada diri sendiri:
“Ya Allah, apakah dosaku sehingga aku
tidak mampu membaca ayat Mu?”
Mari kita meluangkan waktu untuk
bertilawah. Semoga kita termasuk golongan nan mencintai dan dicintai Al Qur’an.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar