Kingdon181 Cyber Area
Jumat, 03 Oktober 2014
“MAKTUB”
Cerpen DM. Thanthar
Senja telah menjelang, ketika lelaki itu menghentikan motornya di sebuah kedai kopi di tepi jalan. Dipesannya segelas kopi kepada seorang perempuan separuh baya yang ada di kedai itu. Dan, sambil menunggu, ia sulut sebatang rokok. Dia sengaja duduk dengan menghadap ke jendela kedai karena di bawah sana terbentang pemandangan indah sebuah danau.
Lelaki itu seolah terpukau oleh suasana senja. Bias jingga senja yang terpantul dari permukaan danau di bawah sana memang indah. Saking asyiknya menikmati keindahan itu, dia bahkan tidak sadar ketika kopi pesanannya telah berada dihadapannya. Begitu khusuknya lelaki itu menyaksikan perjalanan senja yang menjemput malam.
Tapi, sebenarnya, bukan hanya keindahan senja yang membuatnya terpukau. Ada sebuah kisah yang menyebabkan dia begitu. Janjinya kepada danau yang sedari tadi ia pandangi. Janji ketika ia akan pergi dulu, sepuluh tahun yang lalu.
***
Sabtu, 15 Maret 2014
KUNANG-KUNANG TIMUR
Cerpen DM. Thanthar
Sudah beberapa malam ini adikku yang bungsu bersikap rewel. Ia selalu meminta yang aneh-aneh kepada bunda. Dua hari yang lalu ia meminta dibelikan kembang api, padahal malam itu bukan malam lebaran juga bukan malam tahun baru yang biasanya ramai pesta kembang api. Dan, ketika permintaannya tidak bisa dipenuhi bunda ia menangis sejadi-jadinya.
Si bungsu memang masih kecil. Umurnya saja belum genap empat tahun tetapi watak keras sepertinya mulai tergambar dari perkembangan sikapnya. Ia suka memaksakan kehendak dan akan mengamuk hebat ketika yang diinginkannya tidak didapatkannya.
“Mungkin karena ia masih kecil,” pikir ku.
Untunglah bunda adalah orang paling sabar dan penyayang. Paling tidak jika dibandingkan dengan orang-orang yang pernah aku kenal. Bunda tidak pernah marah menghadapi sikap si bungsu. Paling-paling ia menghibur si bungsu dengan dongeng-dongeng yang selalu ampuh membuat si bungsu lupa dengan keinginannya. Biasanya si bungsu akan tertidur karena keasyikan mendengar cerita bunda.
MENGAJI; Di Waktu Luang atau di Waktu Nan Diluangkan
Oleh: DM. Sutan Zainuddin
Mengeja huruf demi huruf, ayat demi
ayat, juz demi juz dan tanpa terasa tibalah saatnya melantunkan doa khatamil
qur’an. Bangga, bahagia, bercampur dengan haru. Senyum mengembang bersama air
mata nan meleleh diluar ambang sadar. Padahal khatam tersebut mungkin saja bukanlah
khatam nan perdana melainkan khatam untuk kesekian kalinya. Khatam personal boleh
jadi telah berulang kali dicapai. Namun kali ini ada haru nan berbeda karena
khatam tidak berdasarkan egois diri tetapi didasari oleh kekuatan bersama dalam
metode One Day One Juz (odoj).
Komunitas One Day One Juz menyadari bahwa
kemungkaran nan teroganisir dengan baik bisa menumbangkan kebaikan nan tercerai
berai. Menyikapi kondisi tersebut, sekumpulan anak muda Indonesia berusaha
menghimpun kekuatan tilawah menjadi sebuah kekuatan besar nan terorganisir.
Akhirnya, secara perlahan Komunitas Odoj terus berkembang seiring dengan makin
banyaknya umat muslim nan bergabung untuk berpartisipasi dalam mewujudkan gerakan
one day one juz di tanah air nan tercinta ini.
Sabtu, 15 Februari 2014
ONE DAY ONE JUZ (ODOJ) MENYONGSONG INDONESIA EMAS
Tahun
2014 disebut-sebut sebagai tahun politik karena pada tahun ini akan diadakan
pemilihan pemimpin bangsa masa depan, baik wakil rakyat dan juga presiden. Diperkirakan
hampir 50 juta pemilih dalam pemilu 2014 adalah pemilih pemula yang berasal
dari penduduk usia muda. Hasil
dari tahun politik tentu akan menentukan wajah bangsa Indonesia lima tahun
mendatang dan akan berdampak terhadap perkembangan bangsa dalam jangka waktu
yang lebih panjang. Sebagai tahun politik, sesungguhnya tahun 2014 merupakan
momentum perubahan bangsa ke arah yang lebih baik, lebih bermartabat, serta
lebih berkarakter. Harapan tersebut hanya bisa terwujud jika seluruh komponen
bangsa mau bersungguh-sungguh melakukan perbaikan, terutama perbaikan pola
pikir, karakter dan kepribadian para pemimpin.
Penting
untuk kita ingat bahwa banyak ahli memperkirakan dalam rentang lima tahun
mendatang bangsa Indonesia diperkirakan akan berada pada masa ‘keemasan’. Masa
Indonesia emas tersebut ditandai dengan terjadinya ledakan penduduk usia
produktif dan menurunnya jumlah anak-anak dan lansia yang notabene akan menjadi
beban anggaran negara. Namun ledakan penduduk usia produktif tersebut tidak
akan memberikan dampak positif jika kualitas mereka berada dibawah rata-rata.
Bahkan keberadaan mereka bisa menjadi malapetaka kependudukan sehingga ledakan
penduduk usia produktif sebagai bonus demografi akan berlalu dengan sia-sia.
Langganan:
Postingan (Atom)