Kingdon181 Cyber Area
Selasa, 04 Agustus 2009
Jika Gaji Anggota Dewan Tak Lagi Mewah
Oleh: DM. Thanthar
Andai gaji dan tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak lagi berjumlah lebih besar daripada penghasilan petani di pedesaan akankah antusiasme menjadi caleg masih tinggi?
Dalam sebuah obrolan lepas saya bersama kawan-kawan Komunitas Guwo pertanyaan seperti itu pernah muncul. Pertanyaan yang agak konyol tetapi ketika dibaca berulang kali malah menjadi sebuah pertanyaan yang menarik.
Ketika masa kampanye, rata-rata caleg memperlihatkan itikad baik mereka dengan memberikan bantuan kepada rakyat sehingga seolah-olah mereka adalah calon-calon wakil rakyat yang memiliki jiwa pengabdian dan rela berkorban untuk rakyat. Mereka rela mendatangi rakyat dan mengorbankan sebagian hartanya untuk membantu rakyat. Hanya saja, pasca pemilihan legislatif (pileg) banyak caleg yang menjemput lagi bantuan yang pernah diberikannya. Bahkan tidak hanya menjemput tetapi juga ada yang melakukan pembongkaran jalan yang dibangunnya pada masa kampanye.
Andai gaji dan tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak lagi berjumlah lebih besar daripada penghasilan petani di pedesaan akankah antusiasme menjadi caleg masih tinggi?
Dalam sebuah obrolan lepas saya bersama kawan-kawan Komunitas Guwo pertanyaan seperti itu pernah muncul. Pertanyaan yang agak konyol tetapi ketika dibaca berulang kali malah menjadi sebuah pertanyaan yang menarik.
Ketika masa kampanye, rata-rata caleg memperlihatkan itikad baik mereka dengan memberikan bantuan kepada rakyat sehingga seolah-olah mereka adalah calon-calon wakil rakyat yang memiliki jiwa pengabdian dan rela berkorban untuk rakyat. Mereka rela mendatangi rakyat dan mengorbankan sebagian hartanya untuk membantu rakyat. Hanya saja, pasca pemilihan legislatif (pileg) banyak caleg yang menjemput lagi bantuan yang pernah diberikannya. Bahkan tidak hanya menjemput tetapi juga ada yang melakukan pembongkaran jalan yang dibangunnya pada masa kampanye.
PILPRES; Pertarungan Para Milyarder Menuju Istana Negara
Oleh: DM. Thanthar
9 April 2009 telah berlangsung Pemilihan Legislatif (Pileg). Artinya, etape pertama pesta demokrasi lima tahunan di negeri ini telah berlalu. Pada etape pertama tersebut, rakyat telah menentukan wakil-wakilnya yang diharapkan bisa mengeluarkan kebijakan yang memihak rakyat sekaligus mengawal proses pemerintahan hingga 2014. Berbagai persoalan pun mencuat, mulai dari hiruk pikuk masalah Daftar Pemilih Tetap (DPT) hingga heboh saat penetapan caleg terpilih.
Meskipun pelaksanaan pileg masih menyisakan berbagai persoalan yang dinilai oleh beberapa kalangan sebagai carut marut demokrasi tetapi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara resmi pesta demokrasi tetap harus terus bekerja. Mereka harus mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) sebagai etape kedua proses demokrasi.
9 April 2009 telah berlangsung Pemilihan Legislatif (Pileg). Artinya, etape pertama pesta demokrasi lima tahunan di negeri ini telah berlalu. Pada etape pertama tersebut, rakyat telah menentukan wakil-wakilnya yang diharapkan bisa mengeluarkan kebijakan yang memihak rakyat sekaligus mengawal proses pemerintahan hingga 2014. Berbagai persoalan pun mencuat, mulai dari hiruk pikuk masalah Daftar Pemilih Tetap (DPT) hingga heboh saat penetapan caleg terpilih.
Meskipun pelaksanaan pileg masih menyisakan berbagai persoalan yang dinilai oleh beberapa kalangan sebagai carut marut demokrasi tetapi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara resmi pesta demokrasi tetap harus terus bekerja. Mereka harus mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) sebagai etape kedua proses demokrasi.
Langganan:
Postingan (Atom)