DM. Sutan Zainuddin, S.S |
Al-Quran merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah swt kepada Muhammad saw melalui malaikat Jibril sebagai pedoman hidup manusia hingga akhir zaman. Al-Quran bukan hanya merupakan kitab yang mengajarkan aturan-aturan ibadah saja bagi manusia tetapi juga berisikan berbagai ilmu tentang pola dan sistem membangun kehidupan berumahtangga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke masa tak akan meminggirkan Al-Quran namun sesungguhnya merupakan penguat terhadap keberadaan Al-Quran sebagai kitab yang mengandung dasar-dasar ilmu pengetahuan. Al-Quran sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Hal itu terlihat dari ayat pertama Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw saja adalah perintah untuk membaca. Sementara perkembangan suatu ilmu pengetahuan tak akan luput dari proses membaca.
Para pakar dan ahli di bidang ilmunya masing-masing mustahil mampu melakukan penelitian dan menemukan sesatu tanpa proses membaca sebelumnya.
Al-Quran memiliki unsur ilmu sejarah dengan berbagai pengkisahan tentang dinamika kehidupan nabi dan rasul, serta umat-umat terdahulu. Ilmu pengetahuan lain seperti Matematika, biologi, Fisika, Sastra, dan sebagainya juga telah termaktub dalam Al-Quran jauh sebelum manusia sekarang menyatakan berbagai penemuan mereka.
Salah satu contoh Al-Quran sebagai dasar dari ilmu pengetahuan terdapat pada Surat Al-Kahf ayat 25 yang artinya sebagai berikut:
"Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun," (QS. Al-Kahf; ayat 25).
Ayat tersebut merupakan salah satu ayat yang menerangkan tentang kisah beberapa orang pemuda bertaqwa yang berlindung dalam gua untuk menghindari pemerintah yang zalim saat itu. Terkait dengan Al-Quran sebagai referensi ilmu pengetahuan, yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana ayat tersebut menjelaskan angka-angka dengan dasar Matematika yakni pertambahan. Al-Quran tidak secara langsung menyebutkan tiga ratus sembilan tahun tetapi mengajarkan manusia untuk berfikir dengan menyatakan tiga ratus tahun ditambah sembilan tahun. Dengan begitu, ayat tersebut dapat menjadi dasar bagi manusia untuk melakukan perhitungan dalam kehidupan sehari-hari.
Tak dapat dipungkiri lagi, Al-Quran adalah induk ilmu pengetahuan yang mengandung dasar dari semua ilmu yang dibutuhkan manusia. Selain itu, Al-Quran memiliki kesempurnaan yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya. Hal itu telah dinyatakan Allah swt dalam Surat Al-Baqarah ayat kedua.
"Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa," (QS. Al-Baqarah; ayat 2).
Perhatikan setiap buku-buku ilmiah hasil penelitian para profesor, pakar,dan ahli. Pada kata pengantar, penulis selalu menyatakan bahwa apa yang mereka tulis bukanlah sesuatu yang sempurna dan sangat mungkin berubah sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada masa yang akan datang. Tak seorang penulis pun yang berani menyatakan hasil penelitian dan penemuan mereka adalah sesuatu yang sempurna dan tak akan mengalami perubahan lagi. Hanya pada Al-Quran kesempurnaan mutlak itu ada karena Al-Quran adalah kitab yang diciptakan dengan kesempurnaan Sang Khalik.
Dengan demikian, seharusnya umat Islam merupakan orang-orang yang berpengetahuan tinggi karena mereka memiliki Al-Quran sebagai tuntunan hidup. Namun pertanyaan yang mendasar adalah berapa persen waktu yang dialokasikan oleh setiap individu muslim untuk membaca dan memahami kandungan Al-Quran?
Sangat disayangkan jika kandungan Al-Quran yang sangat sempurna dan bisa melahirkan temuan-temuan yang spektakuler tak mampu dimanfaatkan para ilmuan dan pemikir muslim. (DMT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar