Kamis, 12 Februari 2009

Pelantikan Baru, Haruskah Beli Mobil Dinas Baru?


Akhirnya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah alias DPRD Kota Padang mensahkan Anggaran Penyelenggaraan Belanja Daerah sebesar Rp.1.043 triliun yang diajukan oleh Pemerintah Kota Padang. Usut punya usut, ternyata jumlah anggaran tersebut termasuk anggaran untuk membeli sejumlah mobil dinas (mobnas) untuk beberapa kepala dinas di Kota Padang. Jelas kecurigaan mulai bermunculan lewat sejuta pertanyaan, apakah pelantikan baru berarti harus ada mobnas baru?

Bukan sulap bukan sihir, yang jelas ada anggapan bahwa anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintahan Kota Padang adalah sejenis 'basa basi balas budi' dari Pemko kepada para kepala dinas yang berperan aktif menggolkan dirinya menjadi orang number one di Kota Padang. Entah benar entah tidak, yang pasti desas-desus seperti itu samar-samar terdengar juga sampai ke beberapa kalangan masyarakat.


Menyikapi desas-desus tersebut, saya tidak akan berkomentar banyak. Dua kemungkinan jelas terbuka lebar, bisa jadi desas-desus itu benar bisa juga tidak. Jika desas-desus itu benar, maka sangat disayangkan kebijakan Pemko itu karena banyak kebutuhan masyarakat yang membutuhkan biaya. Pendidikan di Padang belum seutuhnya meng-coup masyarakat yang bernaung dalam tanggungjawab Walikota Padang. Ketika orang berkunjung ke Padang masih gampang menemui anak-anak usia sekolah yang bertebaran di jalan-jalan Kota Padang, tepatnya di persimpangan lampu lalu lintas.

Itu baru satu hal yang harus menjadi pertimbangan Pemerintahan Kota Padang, hal lainnya juga masih banyak termasuk masalah kemiskinan, penggangguran, kesehatan, etc.

Lagi pula menurut saya, pelantikan baru tidak harus beli mobil baru pula. Bukankah mobil lama masih ada dan laik jalan. Akan lebih mulia kiranya seorang pemimpin mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya ketimbang menghiasi diri dan kekuasaannya dengan kemegahan materi yang merampas hak rakyat.

Saya sepakat dengan Fraksi PPP yang menolak anggaran mobnas tersebut, terlepas apa alasan dibalik penolakan mereka. Saya terkadang berfikir juga, sampai kapankah rakyat akan dipolitiki oleh para elit mereka? Saat ini ada satu impian saya, pemimpin yang ada di negeri benar-benar menjadi pemimpin yang ikhlas dan rela menderita demi kesejahteraan rakyatnya. Mungkinkah? Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar