|
Aisyah Zhafira Zainairfa |
.
Oleh: Dila Afriani, S.Pd
Ada seorang perempuan yang dikenal taat
beribadah. Ia kadang menjalankan ibadah sunnah. Hanya satu kekurangannya. Ia
tak mau berjilbab. Menutup auratnya. Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum dan
menjawab, “Insyaallah. Yang penting hati dulu yang berjilbab.” Sudah banyak
orang yang menanyakannya maupun menasehatinya. Tapi jawabannya tetap sama.
Hingga di suatu malam…
Ia bermimpi sedang di sebuah taman
yang sangat indah. Rumputnya sangat hijau, berbagai macam bunga bermekaran. Ia
bahkan bisa merasakan segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai yang
sangat jernih hingga dasarnya kelihatan, melintas di pinggir taman. Semilir
angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya. Ia tidak sendiri. Ada beberapa
perempuan disitu yang terlihat juga menikmati keindahan taman. Ia pun menghampiri
salah satu perempuan. Wajahnya sangat bersih, seakan-akan memancarkan cahaya yang
sangat lembut.
“Assalamu'alaikum, saudariku..”
“Wa'alaikumussalam.. Selamat datang,
saudariku.”
“Terima kasih. Apakah ini surga?”
Perempuan itu tersenyum.
“Tentu saja bukan, saudariku. ini
hanyalah tempat menunggu sebelum ke surga.”
“Benarkah? Tak bisa kubayangkan
seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini.”
Perempuan itu tersenyum lagi.
“Amalan apa yang bisa membuatmu
kemari, saudariku?”
“Aku selalu menjaga waktu sholat dan
aku menambahnya dengan ibadah sunnah.”
“Alhamdulillah..”
Tiba-tiba jauh di ujung taman ia
melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka. Dan ia melihat
beberapa perempuan yang berada di taman mulai memasukinya satu persatu.
“Ayo, kita ikuti mereka.” kata
perempuan itu sambil setengah berlari.
“Apa di balik pintu itu?” katanya sambil
mengikuti perempuan itu.
“Tentu saja surga, saudariku”
larinya semakin cepat.
“Tunggu…tunggu aku..” ia berlari
namun tetap tertinggal.
Perempuan itu hanya setengah berlari
sambil tersenyum padanya. Ia tetap tak mampu mengejarnya meski ia sudah
berlari. Ia lalu berteriak, ” Amalan apa yang telah kau lakukan hingga kau
begitu ringan?”
“Sama denganmu, saudariku.” jawab
perempuan itu sambil tersenyum.
Perempuan itu telah mencapai pintu.
Sebelah kakinya telah melewati pintu. Sebelum perempuan itu melewati pintu sepenuhnya,
ia berteriak pada perempuan itu, “Amalan apalagi yang kau lakukan yang tidak
kulakukan?”
Perempuan itu menatapnya dan tersenyum.
Lalu berkata, “Apakah kau tak memperhatikan dirimu apa yang membedakan dengan
diriku?”
Ia sudah kehabisan napas, tak mampu
lagi menjawab.
“Apakah kau mengira Rabbmu akan
mengijinkanmu masuk ke surgaNya tanpa menutup seluruh auratmu?”
Tubuh perempuan itu telah melewati
pintu, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar, memandangnya dan berkata,
“Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki
surga ini. Maka kau tak akan pernah mendapatkan surga ini untuk dirimu.
Cukuplah surga hanya sampai di hatimu karena niatmu adalah menghijabi hati.”
Ia tertegun..lalu
terbangun..beristighfar lalu mengambil air wudhu. Ia tunaikan sholat malam.
Menangis dan menyesali perkataannya dulu..berjanji pada Allah sejak saat itu ia
akan menutup auratnya.
***
Kisah di atas perlu menjadi renungan bagi kita. Apalagi pada saat ini betapa banyak perempuan muslimah yang taat dalam menjalankan ibadah namun masih mengalami keraguan untuk menutup auratnya. Jika ditanyakan mengapa mereka tidak mau menutup aurat secara utuh maka jawabannya pun beragam namun yang paling dominan adalah jawaban "Belum siap." Lantas kapan akan merasa siap?
Mungkin diantara mereka nan masih mengalami keraguan dalam menghijab diri itu ada saudari kita, atau anak dan keponakan kita, adik kita, bahkan mungkin juga ibu dan tante kita maka tugas kitalah untuk membantu menyelamatkan mereka agar surga tidak hanya sampai pada hati mereka saja. Mari kita bantu mereka dengan usaha, dan kita bantu juga dengan doa. Semoga kita semua senantiasa mendapatkan keberkahan dari Allah swt.
Sumber: Dikutip dari situs Toko Jilbab Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar