Sewaktu-waktu kehidupan ini tidak sebahagia senyum bayi. Juga tidak seindah biasan pelangi yang hadir di langit setelah gerimis usai. Hidup benar-benar sebuah perjuangan. Perjuangan yang melahirkan pertempuran maha dahsyat. Bukan layaknya pertempuran kanak-kanak, yang ketika sang hero mati akan bisa bangkit lagi dan kembali menyerang sehingga musuh-musuhnya tunduk dan takluk.
Masa kanak-kanak selalu berlalu. Ia pergi bersama senja dan tidak akan pernah kembali lagi bersama fajar. Masa kanak-kanak merupakan salah satu dari sekian banyak pucuk kebahagiaan yang ada pada pohon kehidupan. Kebahagiaan masa kanak-kanak tidak akan pernah lelah mengendap dalam memori insan, bahkan sampai saat batas langkah telah nyata sekali pun.
Perih terkadang menyisip kala mengenangkan masa kanak-kanak, karena di sela bahagianya juga terselip luka yang ditorehkan oleh sembilu waktu. Akan tetapi jangan tumpahkan air mata untuk pembasuh perih itu. Biarkan ia mencari maknanya sendiri dalam titian waktu. Sementara itu, tetaplah membekaskan jejak untuk perjuangan abadi. Perjuangan yang hanya akan berhenti ketika insan telah memahami makna ke-aku-an.
Senja yang membawa masa kanak-kanak biarlah pergi, lenyap, musnah, dan sirna sekalian. Semoga kesombongan dan kemunafikan jiwa ikut serta bersamanya. Kendati demikian, keegoan jiwa tidak akan sepenuhnya hilang dalam pekat malam. Ia akan selalu menyeruak di balik kebeningan embun remaja dan menawarkan sejuta warna untuk embun itu. Tidak ada yang bisa menebak warna apa yang akan singgah. Mungkin biru, hijau, merah, kuning, atau bahkan mungkin juga hitam. Pastinya, tidak akan pernah hadir warna yang benar-benar putih karena kita manusia, bukan malaikat.
Dinamika warna kehidupan remaja memang bergulir bersama denyut dan detak waktu yang diiringi rentak dan geliat kebudayaan. Waktu melangkah dalam keteraturannya yang sempurna, sesuai dengan titah yang menjadi tanggungjawabnya. Sementara, kebudayaan sering oleng dalam tariannya, bahkan juga mengalami benturuan-benturan dengan sejuta isme, ideologi, dan kepentingan. Tentunya, hanya yang terkuatlah yang akan jadi Sang Dominan. Namun demikian, Sang Dominan tidak akan mutlak menjadi penguasa jiwa dan menjadi warna bagi nafas kehidupan remaja karena jiwa remaja sangatlah dinamis.
Petualangan jiwa remaja bersama waktu dan budaya akan mencapai batas dan menyisakan sesuatu yang bernama kepribadian. Kepribadian untuk menuju kedewasaan. Kedewasaan yang entah telah datang kepada kita entah belum. Kita tidak akan bisa memvonisnya karena senandung sesat iblis selalu mengombang-ambingkan manusia ketika hendak menelanjangi jiwanya untuk mencari kedewasaan, yang pada hakikatnya merupakan upaya untuk mencari jati diri dan makna hadirnya sebagai hamba dan khalifah di bumi.
Sebenarnya kedewasaan itu tidak perlu dicari, karena ia selalu datang tiap pagi untuk menghirup kearifan dan kebijaksanaan nan bersuci dengan kejujuran embun. Kedewasaan adalah fajar yang kehangatannya senantiasa membelai hidup dan kehidupan. Kedewasaan bukanlah matahari yang akan membutakan mata hati dan membisukan suara nurani dengan sengatan panasnya.(DMT)
memang kedewasaan datang seiring hadirnya embun pagi,tapi kadang manusia lebih suka untuk terus menjadi anak-anak saja,hidup bebas,berbuat apa saja yang diinginkannya tanpa beban rasa salah dan dosa.
BalasHapus