
Cerpen DM. Thanthar
Sudah beberapa malam ini adikku yang bungsu bersikap rewel. Ia selalu meminta yang aneh-aneh kepada bunda. Dua hari yang lalu ia meminta dibelikan kembang api, padahal malam itu bukan malam lebaran juga bukan malam tahun baru yang biasanya ramai pesta kembang api. Dan, ketika permintaannya tidak bisa dipenuhi bunda ia menangis sejadi-jadinya.
Si bungsu memang masih kecil. Umurnya saja belum genap empat tahun tetapi watak keras sepertinya mulai tergambar dari perkembangan sikapnya. Ia suka memaksakan kehendak dan akan mengamuk hebat ketika yang diinginkannya tidak didapatkannya.
“Mungkin karena ia masih kecil,” pikir ku.
Untunglah bunda adalah orang paling sabar dan penyayang. Paling tidak jika dibandingkan dengan orang-orang yang pernah aku kenal. Bunda tidak pernah marah menghadapi sikap si bungsu. Paling-paling ia menghibur si bungsu dengan dongeng-dongeng yang selalu ampuh membuat si bungsu lupa dengan keinginannya. Biasanya si bungsu akan tertidur karena keasyikan mendengar cerita bunda.